ilustrasi : www.jpnn.com |
Ya, kecuali, jika itu pasangan sah,
suami-istri dan selalu membawa surat nikah ketika ingin “berbulan madu”
entah dimana saja. Itu tidak masalah. Dan yang menjadi masalah ketika
melakukan hubungan badan (menyalurkan syahwat) itu bukan pada “tempat”
yang sudah disahkan oleh agama maupun undang-undang pernikahan. Ini
yang sangat dilarang sekali!
Sepertinya hal itu tidaklah mempan bagi
mereka yang memang sudah tertutup mata hatinya dengan “surga duniawi”.
Melakukan hubungan layaknya suami-istri bukan pada orang yang bukan
tepat. Alias, bukan mahramnya. Atau, orang yang sah untuk digauli.
Tetapi bagi mereka tidak afdhol menutup atau mengakhiri tahun 2013 ini
tanpa melakukan seks. Apalagi jika sudah menyangkut seks bebas. Sudah
pasti hal ini sangat disayangakan dan disesalkan. Betapa ironis dan
mirisnya menutup tahun yang lama dengan kesenangan yang hanya sesaat.
Berdosa? Mana ada orang yang sudah
“kebelet” memuaskan birahi tahu akan hal berdosa itu. Tahunya apakah
nanti memuaskan, mencapai klimaks atau tidak saat bersenggama nanti. Itu
yang ada dalam pikiran mereka.
Lagi-lagi jikalau itu dilakukan bagi
pasangan sah, suami-istri yang sudah resmi baik dimata hukum agama
maupun undang-undang pernikahan. Tidak apa-apa. Tidak bermasalah. Sampai
gempor melakukan hal itu ya tidak apa-apa. Ini malah malah diwajibkan
bahkan mengandung ibadah. Berbeda dengan pasangan yang tidak sah maupun
sudah berkumpul kebo yang ada hanya dapat musibah! Entahlah.
Bukan hanya itu saja yang lebih mengelus dada lagi ketika menjelang
malam pergantian tahun baru permintaan kondom di kawasan puncak, Bogor
semakin meningkat. Banyaknya permintaan kondom. Penjualan kondom
sekarang makin marak diperjual-belikan di minimarket yang berada jalan
kawasan Puncak.
Seperti dilansir dari
Aktual.co yang disampaikan oleh Evick Budianto, Wakil Sekjen PB Pemuda
Muslim Indonsia pada Senin (30/12). “Aktifitas
yang berbau maksiat di banding aktifitas yang berbau ibadah memang
lebih banyak maskiat, “kita bisa melihat ramainya acara-acara pesta
malam tahun baru di berbagai pusat-pusat kota dengan biaya yang mencapai
ratusan juta atau bahkan di berbagai pelosok-pelosok desa sekalipun
meski hanya dengan biaya yang alakadarnya. sangat jarang kita temukan
jamaah di suatu masjid yang menggelar doa bersama misalnya.”
Apalagi seperti
diketahui, alat kontrasepsi kondom dan pil KB pun laris manis bak kacang
goring di saat menjelang perayaan malam tahun 2014 di sejumlah apotek
dan tokoh obat. Ironis sekali.
Sejatinya tahun baru
adalah merupakan ajang perenungan atas apa yang sudah kita lakukan dan
perbuat selama setahun. Mengapa hal itu harus dilakukan?
Yup, hari-hari yang
telah berlalu dalam setahun, bukanlah tidak musykil bila mungkin terisi
dengan penuh cacat. Dan untuk menghampuskan dan membersihkan hal itu.
Tak lain yang perlu dilakukan adalah adanya sebuah perenungan mendalam
atas apa yang diperbuat selam setahun. Menenung atas keerhasilan dan
kegagalan, dan juga kesalahan atas perbuatan. Mungkin jalan yang terbaik
untuk mengintropeksi diri.
Karena adalah sebuah
keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi bagi siapapun. Itu
dilakukan agar pergantian tahun baru tidak diindentikkan dengan bermesum
ria, pesta pora menghabisakan uang yang tak sedikit. Minimal ya
mengintropekso diri kita sendiri!
Marilah kita awali
segala sesuatu apapun dengan maksuda dan niat yang ikhlas dan berbaik
sangka termasuk dalam menilai dan mengoreksi orang lain. Sungguh mulia
bila kita sebagai makhluk Tuhan yang patuh dan taat agama. Apalagi
apabila pandai mengevaluasi dan mengintropeksikan dirinya terlebih
dahulu, sebelum dan mengoreksi orang lain.
Tidak adakan manusia
yang sempurna? Nah, mulai pergantian tahun baru ini tetntu kita harus
lebih arif dan bijak. Baik menghadapi masalah di dalam maupun di luar.
Harus tetap terjaga prilaku kita dimanapun agar selalu bijak. Asal
ajangan bijaksana-bijaksini tanpa ada ketentuan jelas dan norma agama.||Sumber||